| 0 komentar

Punthuk Setumbu, cerita dibalik tanjakan dan turunan

Beberapa indikator keberhasilan suatu event refreshing adalah. Satu, memberi suasana berbeda pada pelakunya. Dua, melepas sejenak yang melekat pada dirinya. Tiga, keinginan untuk mengulang kembali event tersebut. Pagi itu, dirumah yang asri di cluster Japunan Magelang, berkumpul ABG jadi jadian. Yang dimaksud ABG jadi jadian adalah orang2nya sdh paruh baya tapi tindak tanduknya, bahasa, candaanya seperti Anak Baru Gedhe. Yah ada keceriaan yang luar biasa dari yang hadir. Mereka adalah Smansa 88 yang mau start dengan sepeda sejauh 30 km ke Borobubur Nirwana Sunrise atau Punthuk Setumbu. Dimotori member yang tinggal di Klaten dan Yogya, dan Magelang, sebagai tuan rumah, berdatangan juga member dari luar kota. Sungguh kebahagiaan bagi kami. Start akhirnya dimulai, setelah sesi ambil gambar. Semua berpose seperti atlet sepeda. Yang biasa dilakukan atlet harusnya peregangan dan pemanasan. Ini tidak, mbenahin jesrsey, merapikan hijab, komat kamit makan bekal, bahkan ada yang memastikan benges atau lipstiknya masih merona atau sudah pudar. Maklum seperti yang saya bilang ABG jadi jadian. Adegan foto foto selalu menyita waktu. Harus dapat gambar khusus, yang kelihatan natural karena ini untuk bukti kalau benar benar penggowes yang hebat. Widih PHP lagi PHP lagi. . Tapi inilah indikator ke satu terpenuhi, memberi suasana yang berbeda pada pelakunya. Keluar dari komplek di PHP oleh jalan yang menurun, seolah jalan yang bakal dilalui sedemikian itu. Ternyata berikutnya jalan berubah jadi naik dan menikung. Jalan aspal yang halus berubah menjadi jalan kampung. Berepa rontok di etape awal ini. Nafas dan ototnya tidak kuat. Hanya semangat saja tidak cukup ternyata. Perlu latian. Beberapa peserta adalah orang2 terbaik dibidangnya. Ada pengusaha yang memimpin ratusan anak buah. Ada manager yang memimpin anak buah di perusahaan. Ada profesional dan dosen. Ada spesialis yang bekerja selalu diruangan steril dan tertutup. Mereka menyatu. Yang biasanya tinggal perintah ini membantu temannya yang tercecer. Memberikan pelayanan. Menaikkan sepeda ke mobil pengawalan. Mereka lupa saat itu siapa mereka sebenarnya. Yang biasanya dihormati justru dibully. Yang biasanya terhormat dibuat candaan yang menyayat nyayat. Yang biasanya serius dibuat tertawa terus. Inilah indikator ke dua , peserta mampu melepas sejenak yang melekat pada dirinya. Panorama yang belum pernah dikunjungi, dan kebetulan indah, jadi sesuatu yang memberi kebahagiaan. Jalan berkelok, sawah, jembatan yang awalnya menurun dan naik menikung memberikan suasanya jadi ngeri ngeri sedap. Hebat bener Endang Kus Hardyanti dan suami memilih rute. Ada semua disini. Termasuk bahagia dan dukanya. Kalaupun akhirnya tidak semua meneruskan sampai finish. Tapi tetap kami berjumpa di finish dengan bahagia. Apalagi di finish inilah acara intinya. Kuliner. Kami finish di RM mbak Ulfa, specialis mangut beong, ikan endemik yang hanya hidup di kawasan Kali Progo. Tempatnya yang banyak kolam air mengalir membawa kesejukan tersendiri. Air kelapa hijau membuat segar dan fresh. Sambil menunggu kami teruskan mendaur ulang kepaitan kepaitan selama perjalanan menjadi gurauan. Putusnya nafas, wajah yang bagai udang rebus, ataupun kasus kesasar. Semua serasa bukan aib. Terpingkal pingkal kami mengingatnya. Tidak ada marah yang mengalaminya. Justru terkesan dan ingin mengulanginya. Peristiwa yang ini bukan yang baru. Tapi terbarukan dengan rute yang berbeda, kuliner yang beraneka warna, dan tentu saja peserta yang selalu bertambah. Event Borobudur september 2014 belum begitu banyak peserta. Naik lagi di Event Pendakian Makam Raja di Wonosari. Bertambah lagi di event Susur Pantai Parangtritis sampai Pantai Baru. Kenaikan kenaikan tersebut menandakan bahwa event itu berhasil. Lalu yang jadi pertanyaan mengapa berhasil?. Mengapa setiap event pada tidak kapok dengan rute yang sulit. Kuncinya kami hanya mengakomodasi kemauan banyak teman. Kami jadikan event gowes ini bukan murni olah raga yang memerlukan strong dan enduro. Kami hanya ingin kemas sesuai keinginan hampir semua teman. Kita bikin fun bike, mungkin harafiahnya pit pitan dagelan. Tetap berkeringat tapi gembira. Jauh jauh teman pulang pingin ketemu temannya. Jadi jangan dibuat susah. Jangan tidak ikut karena tidak kuat nantinya. Kami hanya ingin kita berkumpul dengan ada event yang berbeda. Rasanya sdh kuno kumpul kumpul di Hotel, berpakain resmi, dan ada keinginan mempertontokan keberhasilannya. Bukan itu. Diantara kami ada yang cukup mudah mendapatkan rejeki. Namun ada pula yang susah payah mengumpulkan hanya sekedar bisa nutup kebutuhan sehari hari. Kami semua membumi. Kami ikhlas dengan kondisi masing masing. Kami happy semua. Mudah mudahan apa yang dilakukan oleh Smansa 88 ini jadi trendsetter. Kita kuat karena selalu bersahabat. Kita rukun karena saling menuntun. Kita bahagia karena semua saling sapa . Tetaplah kompak sahabat sahabatku SMansa 88. Kita tuntu episode episode berikutnya. Punthuk Setumbu Magelang, November 2015. 1 November 2015 Anjas Smansa 88
Read more...